Ads 468x60px

Palestina Ingin Berdamai

RAMALLAH - Presiden Palestina, Mahmoud Abbas menegaskan negaranya ingin berdamai dengan Israel dengan syarat tidak ada lagi perluasan pemukiman di Tepi Barat dan Jerusalem Timur. Tentara Israel kembali menembak mati seorang pemuda Hamas yang menggelar demo di pagar perbatasan.

“Saya sudah katakan ribuan kali bahwa kami sangat ingin melanjutkan perundingan dengan Israel dan kami benar-benar siap untuk melakukannya,” jelas Mahmoud Abbas kepada wartawan di New York, AS, seperti dilansir AFP, Sabtu (1/12).

Abbas juga menegaskan negerinya ingin hidup berdampingan dengan warga Yahudi, jika Israel bukan hanya menerima negara Palestina merdeka, tetapi juga seluruh wilayah yang diduduki sejak 1967 dikembalikan lagi. “Kami ingin damai dan sama-sama menjaga keamanan bersama dengan Israel,” tambahnya.

Presiden Palestina ini juga berharap solusi pengungsi harus didasari atas resolusi 194 yang diprakarsai Inisiatif Damai Arab. “Kami harus mengulangi kembali peringatan bahwa jendela kesempatan terbatas dan waktu dengan cepat berputar. Batas kesabaran dan harapan juga telah habis,” katanya merujuk ke pembentukan negara Palestina merdeka.

Palestina yang kini resmi menjadi sebuah negara seperti Vatikan di Roma, Italia terus berupaya meraih kemerdekaan secara penuh, tanpa tindakan serangan semena-mena pihak Israel. Namun, sehari setelah menjadi negara pemantau non-anggota PBB, Zionis melancarkan aksi penentangan.

Pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu langsung mengusulkan pembangunan 3.000 unit rumah baru di pemukiman Yahudi di Jerusalem Timur dan Tepi Barat. Keputusan itu diungkapkan di Tweeter oleh koresponden diplomatik surat kabar Haaretz, yang mengatakan bahwa beberapa dari rumah-rumah baru itu akan dibangun di E1, sebuah daerah sangat kontroversial di Tepi Barat yang menghubungkan wilayah caplokan Jerusalem Timur dengan pemukiman Maaleh Adumim.

Sumber politik: Netanyahu memutuskan membangun 3.000 rumah baru di Jerusalem Timur dan kawasan permukiman Tepi Barat sebagai tanggapan atas tindakan Palestina di PBB,” kata koresponden Barak Ravid. Israel sebelumnya telah berjanji membekukan proyek E1 sebagai bagian dari komitmennya sesuai dengan peta jalan internasional bagi perdamaian yang diluncurkan pada 2003.

Menanggapi rencana Zionis itu, Presiden Abbas langsung menentang keras. “Kami tidak menetapkan kondisi tertentu, tapi setidaknya ada 15 resolusi PBB yang menganggap kegiatan pembangan pemukiman merupakan tindakan ilegal dan menjadi hambatan bagi proses perdamaian,” ujar Abbas yang juga mempertanyakan ketidakpatuhan Israel terhadap PBB.

Palestina menentang keras proyek itu karena sama saja dengan membelah Tepi Barat menjadi dua bagian, yang membuat rumit pembentukan negara Palestina. Dalam pemungutan suara pada Kamis malam atau Jumat dinihari WIB di New York, Majelis Umum PBB menyetujui sebuah resolusi yang mengakui Palestina dalam perbatasan 1967 sebagai sebuah negara pengamat non-anggota.

Utusan khusus Palestina untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menentang keras rencana Yahudi itu yang dinilainya sebagai bentuk provokasi. Adapun lokasi pemukiman itu akan dibangun di wilayah yang seharusnya dijadikan Palestina sebagai wilayahnya.

“Mereka mencoba memprovokasi kami untuk bertindak, tetapi tindakan apa yang mereka nantikan,” ujar perwakilan Palestina di PBB Riyad Mansour, seperti dikutip Associated Press, Sabtu (1/12). “Palestina akan terus melakukan perjuangan dengan damai. Namun segala bentuk provokasi bisa berarti menguji kesabaran kami dan bisa memicu tindakan,” lanjutnya.

Selain itu, dalam sebuah insiden, Hamas, Sabtu (1/12) menuduh Israel melanggar kesepakatan damai yang diprakarsai Mesir pada 21 November 2012 setelah tentara Israel menembak para demonstran di pagar perbatasan. Tim medis mengatakan seorang pemuda 21 tahun merupakan satu dari enam orang yang terluka ditembak Israel dekat selatan Rafah pada Jumat (30/1) dan dia meninggal di rumah sakit, kemarin.

Militer Israel mengatakan para pemuda itu mencoba menerobos pagar perbatasan, sehingga tentara memberi tembakan peringatan ke kaki. Tetapi, pemerintahan Hamas menggambarkan insiden itu seperti AL Israel menangkap sembilan nelayan Palestina pada Rabu (29/11), juga melanggar gencatan senjata.

“Kami telah membicarakan dengan pejabat Mesir, sehingga mereka menjamin akan menjaga gencatan tanpa pelanggaran,” kata jubir Hamas, Sami Abu Zuhri. Pernyataannya tidak mengindikasikan ingin kembali berperang dengan Yahudi. Perang delapan hari, jet tempur Israel menewaskan 166 warga Gaza dan roket Hamas menewaskan enam warga Zionis