Ads 468x60px

5 Besar Tokoh kebangkitan Nasional

1. Dr. Sutomo
20 Mei 1908, beliau bersama rekan-rekan lulusan STOVIA mendirikan Budi Utomo, organisasi yang membuat Indonesia menghadapi suatu zaman, yakni pergerakan nasional. Dari organisasi inilah mulai bermunculan organisasi-organisasi pergerakan nasional lainnya. Budi Utomo merangsang rakyat Indonesia agar lepas dari kehidupan terjajah dan menuju kemerdekaan.

2. Ki Hajar Dewantara
Selain menjadi tokoh pergerakan nasional, beliau juga menjadi tokoh pendidikan Indonesia.

3. Dr. Cipto Mangunkusumo
Beliau merupakan dokter profesional yang cenderung lebih dikenal sebagai tokoh pergerakan nasional. Bersama dengan Ki Hajar Dewantara dan beliau mendirikan partai politik.

4. Soekarno ( lahir 6 Juni 1901) 
Soekarno sebagai  tokoh dalam melahirkan  Pancasila dan UUD 1945 merupakan hasil usaha pemikiran manusia Indonesia yang sungguh-sungguh secara sistimatis dan radikal, yang dituangkan dalam suatu rumusan rangkaian kalimat yang mengandung satu pemikiran yang bermakna dan bulat untuk dijadikan dasar, azas dan pedoman atau norma hidup dan kehidupan bersama dalam rangka perumahan satu Negara Indonesia merdeka.
Pemikiran NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis) yang diusung oleh Soekarno pada periode demokrasi terpimpin jika ditilik merupakan kontinuitas dari pemikiran Soekarno muda pada tahun 1926 dengan Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme (dapat dilihat dalam di bawah bendera revolusi). Konsep ini juga merupakan sintesis dari berbagai arus besar yang ada di Indonesia.
pemikiran Soekarno. Pemikiran tersebut menjadi bermakna dikarenakan tidak sekedar menjadi konsumsi pengasah akal melainkan telah terlaksana dalam ranah kenyataan. Pemikiran Soekarno yang menegasikan kalangan Masyumi dan memenjarakan sejumlah tokohnya seperti Natsir, Hamka, melahirkan resistensi bagi sejumlah kalangan Islam. Tiada berlebihan jika dalam penumpasan PKI, kalangan Islam turut aktif dikarenakan selain garis komunis yang merugikan kalangan muslim, juga dikarenakan kekecewaan kalangan muslim atas sikap Soekarno. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 telah menjadi kebijakan yang merugikan bagi kalangan islam politik dikarenakan kesempatan untuk melegalisasi Islam sebagai dasar Negara menjadi terhalang untuk kesekian kalinya (setelah penghapusan tujuh kata di Piagam Jakarta).
Soekarno meyakini bahwa sistem multipartai telah menyebabkan negara menjadi lemah karena pada waktu itu telah terjadi konflik ideologis antar partai, sehingga pemerintahan tidak stabil.
Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin perlu dibentuk suatu kabinet Gotong royong yang anggotanya terdiri dari semua partai dan organisasi berdasarkan perimbangan kekuatan yang ada dalam masyarakat.
Menurut Bung Karno, seorang Nasionalis sejati adalah orang yang bersedia berbakti dan memperbaiki nasib kaum kecil dari segala kemelaratan serta melindungi rakyat dari penindasan.
Soekarno sangat anti terhadap kolonialisme dan imperialisme. Penindasan bukan hanya datang dari para kapitalis asing saja, tetapi juga dari para kapitalis bangsa sendiri, dari kesewenang-wenangan kaum borjuis lokal. Hanya nasionalisme  yang mampu membangun bangsa.
Baginya, Nasionalisme pada dasarnya mengandung prinsip kemanusiaan, cinta tanah air yang bersendikan pengetahuan. juga, mengandung prinsip persahabatan dan penyokongan.

5. Hatta dan pemikiraan Bidang Sosial Ekonomi:
Dasar-dasar pemikiran Hatta mengenai konsep kehidupan bernegara adalah “sosialisme Islam”. Hatta menentang paham “profit oriented”, tetapi Hatta mencoba mensejajarkan manusia sebagai mahluk Tuhan agar memperoleh perlakuan yang sama dari negara dengan tidak menindas salah satu golongan oleh golongan lain. Hatta memberikan pemahaman mengenai sosialisme yang berkaca dari kehidupan di desa berupa gotong royong dan azas kekeluargaan serta merupakan kesinambungan dari kolektivisme yang beraturan.
Pada intinya, Hatta menginginkan tidak adanya pemimpin yang besar dan tidak terkontrol untuk melaksanakan segala keinginannya, sebaliknya beliau menginginkan azas kekeluargaan dan mufakat untuk tidak mencari permusuhan tetapi menggali kebenaran bersama.
Salah satu pengaruh yang menonjol dalam diri Hatta adalah koperasi yang diterapkannya di Indonesia merupakan hasil belajar selama di Scandinavia. Dengan koperasi rupanya Hatta ada kecocokan untuk menerapkannya di Indonesia, ini adalah merupakan paham sosialis versinya.
Pada tahun 1961, Hatta mulai menerapkan sosialisme ala’ Indonesia dengan tidak melepaskan prinsip-prinsip yang melarang adanya penindasan terhadap suatu golongan baik secara ekonomi maupun fisik. Sosialisme Indonesia dipengaruhi oleh 3 aliran, dari Barat berupa marxisme atau sosialisme demokrasi, dari Islam, serta dari budaya kehidupan asli suku-suku Indonesia yang berbentuk kolektivisme.